Minggu, 30 Oktober 2011

Hikmah Dari Tragedi Lele

Jatuh cinta, sejuta rasanya. Dunia serasa milik berdua, yang lain figuran. Ada yang mau muntah? Hehehe… Pasti sudah ratusan atau bahkan lebih ya kita mendengar kalimat semacam itu. Tapi disadari atau tidak, hal itu benar adanya. Kita sering melakukan hal yang tidak masuk akal karena cinta. Huek…. nah, ada yang muntah lagi?

Ceritanya, hari itu adalah ulang tahun ibu mertua saya. Hari special ini saya hadiahkan kaftan batik untuk ibu. Rencana kami sekeluarga, Bapak, Ibu, saya dan suami dan adik ipar saya akan makan malam bersama merayakan ulang tahun Ibu. Ulang tahun kok sampai urusan jatuh cinta sejuta rasa? Nah sabar dulu ya, nanti ceritanya akan sampai disana.

Waktu sampai di rumah mertua saya, saya langsung menyampaikan kado saya dan mengucapkan selamat ke Ibu, plus sun pipi kanan kiri. Ibu malam itu tampak lelah dan sepertinya agak malas untuk pergi. Bapak waktu itu sedang berbicara di telpon dengan adik ipar saya. Setelah beberapa saat, Bapak memberikan telpon ke Ibu, supaya adik ipar saya ngobrol dengan Ibu sekaligus mengucapkan selamat ulang tahun. Saya kurang memperhatikan pembicaraannya, yang jelas sembari bercanda, Ibu mengatakan kok sibuk sekali, sampai membalas SMS Ibu saja tidak sempat, apa sudah lupa kalau punya Ibu? “Mbok sesekali SMS atau telp satu menit saja, dicek Ibumu masih apa enggak to le. Ini nggak jadi pulang? Kan besok juga mau ngurus e KTP, sekalian malam ini keluar makan bareng, udah ditunggu.” Tapi sepertinya adik ipar saya malam itu tidak bisa pulang ke Yogya karena masih mengurus proyek di kantor.

Setelah telpon ditutup, Bapak menanyakan ingin makan dimana? Saya bilang terserah Ibu, karena inikan ulang tahun Ibu. Ibu semula bilang terserah saya, tapi waktu saya usulkan makan di Pattaya, masakan Thailand, Ibu bilang mau makan lele saja, suka lele. Akhirnya kami berempat menuju Lombok Idjo yang berada di Jl Laksda Adisucipto. Sampai di Lombok Idjo, suami saya bertanya pada pelayannya, menu masih lengkap semua atau ada yang habis? Pelayan menjawab yang habis menu lele. Karena Ibu ingin makan lele, jadi kami keluar dari Lombok Idjo dan sembari memutuskan mau makan dimana. Mencari lele goreng pun dilanjutkan, dari usulan saya Pondok Cabe, Bapak dan Ibu kurang berkenan, jadi kami menuju ke restoran favorit Ibu di Galih Jl Kaliurang. Saat menuju jalan Kaliurang, suami saya mengusulkan, biar tidak terlalu jauh, kita makan di Bebakaran saja aka feskul Jakal. Ibu pun setuju karena kebetulan pemiliknya adalah teman Ibu, tetangga di kompleks.

Kami sampai di Bebakaran aka feskul Jakal. Saat masuk terakhir, mungkin sudah satu atau dua tahun yang lalu saya lupa, tempatnya bersih dan nyaman, tapi saat itu tampak kurang terawat. Tapi demi lele goreng, kami tetap masuk. Saat pelayan mendatangi kami, suami saya menanyakan apakah menu masih lengkap atau ada yang habis? Pelayan menjawab semua masih lengkap. Wah rasanya lega, Bapak, Ibu dan suami saya pun memesan lele bakar dan goreng, dan saya gurameh bakar karena lele adalah salah satu menu yang tidak saya makan selain bebek. Setelah menunggu 30 menit, minuman kami datang, dan dilanjutkan dengan 15 menit berikutnya masih menunggu makanan. Setelah 15 menit, pelayan datang dan mengatakan pada kami, maaf lele yang dipesan habis. Kontan kami terkejut, tadi dikatakan semua masih lengkap, setelah menunggu sekian lama lalu disampaikan bahwa menu yang dipesan habis. Dan dari pihak Manajemen Feskul hanya menawarkan silahkan ganti menu yang lain. Saya berusahan menahan diri karena ini ulang tahun Ibu, suami saya dan Bapak sempat protes dengan pengelolaan yang sembrono dari Feskul. Tapi akhirnya kami pun mengalah dan memesan ayam bakar dan ayam goreng. Saya sempat menanyakan, gurameh bakar yang saya pesan ada tidak? Dia jawab, ada Bu. Masih ada satu, kami siapkan untuk Ibu. Oke, kami menunggu. Itu pun tidak segera datang, kami masih menunggu 30 menit lagi dan ayam pun datang dalam keadaan dingin, tidak seperti habis digoreng atau dibakar yang membuat kami berasumsi, mereka membeli dari warung sebelah atau dari luar, dan pelayan menyampaikan bahwa gurameh yang saya pesan habis. Selesai sudah, suami saya langsung minta bicara langsung dengan Manajemen feskul di bagian belakang, pelayan mengatakan akan memanggilkan PICnya, namun kemudian dia menyampaikan PICnya ternyata sudah pulang, setelah itu sudah jelas suami saya memprotes pelayanan mereka yang kacau dan ceroboh. Setelah beberapa menit, akhirnya saya menyusul suami saya ke bagian belakang. Saya langsung sampaikan, Anda pilih sekarang juga mencarikan bahan dan membuatkan menu sesuai pesanan kami, atau kami pergi sekarang dan tidak saya bayar. Mereka tetap meminta kami untuk mengganti pesanan dengan yang ada. Benar – benar membuat emosi pelayanan Feskul ini. Saya bilang, saya mau pesanan sesuai yang saya order tadi, yang disampaikan masih ada. Dan akhirnya salah seorang dari pelayan Feskul mengatakan mereka tidak bisa membuatkan menu yang sudah habis dan jika kami keberatan membayar tidak perlu membayar. Saya katakana lagi, ‘OK, kami pergi sekarang dan tidak kami bayar. Selamat malam.’

Duankkk!!!! Aduh kasihan Ibu. Bapak akhirnya mengatakan sudahlah kita ke Galih saja. Dan kami menuju Galih, yang saya dulu baru satu kali makan disana waktu masih pacaran dengan suami saya, itu juga merayakan ulang tahun Ibu. Jadi itu berapa tahun cahaya yang lalu ya? Hehehe. Galih itu di sekitar Jl Kaliurang km 12. Ini sekarang sampai di km 13, 14… lho dimana restorannya? Ngek ngok restorannya sudah tutup dan entah sekarang jadi bakmi jawa atau apa. Hihihihi… dalam hati saya ingin tertawa astaga, Tuhan baru ngajak bercanda. Tapi yang jelas Bapak dan Ibu sudah kecewa luar biasa. Saya dan suami saya berdua di belakang saling senyum dan berusaha tidak member komentar yang mungkin akan membuat Ibu semakin kecewa. Karena sudah bingung, dan dalam kondisi seperti ini saya juga sudah tidak berani mengusulkan tempat di manapun, walau dalam hati, tadi jika ke Pattaya atau Phuket saja pasti beres. Ibu sempat bertanya, Pattaya itu dimana? Tapi akhirnya Bapak berhenti di sebuah restoran di Jakal Km 10, dan saat itu hujan deras pun mengguyur jogja. Alhamdulillah hujan juga akhirnya, pas sampai di restoran yang tempat parkir dan restorannya lumayan jauh, jadi siapa yang mau duluan lari keluar meminjam paying? Dalam hati saya sudah kurang sreg dengan tempat ini, karena satu, yang datang rata – rata mahasiswa. Tidak masalah sebenarnya, tapi jelas bukan tempat yang asyik untuk family time lah ya. Dua, tidak ada tukang parkir yang mengarahkan parkir dan membawakan paying, tapi paling tidak suami saya sudah duluan lari ke dalam untuk meminjam paying sekaligus menanyakan apakah menu masih lengkap. Alhamdulillah lengkap demikian laporan suami saya. Hihihi…baiklah karena paying sudah datang, kami pun masuk ke dalam restoran. Alhamdulillah, pelayan segera datang dan mencatat pesanan kami. Sekitar 15 menit kemudian minuman datang, dan sekitar 30 menit…..hihihihi (saya sudah mulai curiga) menu yang dipesan datang, minus nasi, karena nasi menurut pelayannya baru habis dan sedang dimasak. Ngek ngok…..jadi kami menunggu lagi sampai akhirnya 20 menit menunggu, satu persatu lauk yang saya pesan saya habiskan. Setelah 20 menit, nasi diantarkan, namun yang kami dapat, nasi masih setengah matang. Sudah cukup, kami akhirnya menghabiskan minum, membayar ke kasir dan pulang.

Rasanya sudah tidak bisa lagi berkata – kata. Kami segera menuju rumah Bapak dan Ibu, dan saya dan suami tak lama pamit pulang karena sudah hampir jam 11 malam. Setelah pamit dan perjalanan pulang ke rumah, saya dan suami tak henti istighfar dan mulai membahas. Menurut pemikiran saya, ada seseorang dari 4 orang ini tadi yang sedang mengalami kekecewaan yang cukup mendalam. Jika dilihat dari efek negative dari energy tersebut, maka memang Ibu lah yang sedang kecewa. Mungkin juga karena beliau sedang lelah karena pekerjaan di kantor, ditambah dengan kekecewaan karena adik ipar saya batal datang. Memang beberapa minggu ini, Ibu tampaknya sangat ingin punya waktu bersama adik ipar saya, terutama karena dia sudah sangat ingin menikah dengan pacarnya, dan kami sekeluarga juga sudah silaturahmi ke rumah keluarga pacar adik saya, yang sebenarnya agak terburu – buru menurut saya. Ini menurut saya ya, tapi setelah datang di keluarga pacar adik saya, memang mereka turun – temurun nikah di usia muda menurut standar saya (saya selalu bercita – cita menikah di usia 30 tahun atau paling cepat 29 tahun, pas saat rencana saya sudah 75% terlaksana, termasuk menyiapkan asuransi untuk saya dan anak kami nanti, kebutuhan lainnya, dsb lah maklum saya lebih nyaman jika sudah welldone hehehe). Yah semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing – masing ya, kalau masalah faktor usia untuk menikah J.

Mungkin karena naluri ibu, jadi ingin punya waktu sebelum anaknya yang paling kecil membangun rumah tangga, atau karena masih ragu melepasnya. Sebenarnya Ibu juga ingin agar adik saya menunggu satu tahun lagi agar dia merencanakan dahulu setelah menikah akan tinggal dimana, maslaah pekerjaan bagaimana, karena dia sendiri saat ini masih ingin pindah pekerjaan, kemudian setelah menikah apakah istrinya akan tetap bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, tabungan untuk anak apa sudah disiapkan? Dan sederet pertanyaan itu dijawab dengan ‘ Ya belum, ya sambil jalan.’ Nah, makanya Ibu dan Bapak sebenarnya ingin mereka berdua lebih sabar, dan memang iya sih, pihak perempuan memang biasanya yang mengejar – ngejar untuk segera dinikahi. Saya lihat juga, pacar adik saya lebih menguasai hubungan, jadi adik ipar cenderung mengikuti semua kemauannya. Semacam sudah menemukan pangeran dan tidak mau pangerannya hilang. Hayooo ngaku, semua pasti ngalami hal ini (including me, sudah melalui masa itu hehehe).

Yang saya tahu adalah, kalau sedang pacaran, sesibuk apapun, saya selalu ada waktu untuk pacar saya dan yang lain itu cuma figuran. Hehehe…. Jadi kalaupun tidak sempat membalas sms Ibu atau mengucapkan selamat ulang tahun, tapi dari status di BBM, saya tahu kalau adik saya selalu punya waktu dengan pacarnya, yang keduanya memang ada di list BBM saya. Indahnya kalau jatuh cinta.

Sebenarnya yang ingin saya tekankan ada beberapa hal, yang utama adalah bahwa pikiran itu energinya luar biasa terhadap hidup kita. Apa yang kita pikirkan, itulah yang akan jadi kenyataan. Saat mungkin Ibu saya kecewa, maka kekecewaan itulah yang terus terjadi pada malam tragedi lele itu tadi. Nah, apa yang ingin Anda capai? Apapun itu, pikirkan dan terus masukkan dalam pikiran Anda. Dengan membayangkan impian Anda, sembari terus berusaha, maka akan terwujud impian Anda tersebut. Jadi jangan takut bermimpi ya.

Nah, yang kedua mungkin lebih sulit. Saat kita mencintai seseorang, cobalah melihat dari luar lingkup cinta Anda dan tetap berfikir dengan akal jernih. Kenapa saya sampaikan lebih sulit? Karena perasaan sayang adalah perasaan yang menguasai emosi dan pikiran, jadi akan lebih sulit bagi kita untuk melihat secara wajar. Cara paling mudah, minta pendapat pada beberapa orang yang lebih dewasa yang Anda percaya. Jika sebagian besar pendapat mereka sama, nah maka sebenarnya memang itulah yang benar. Walau kita akan sulit memahami hal itu, ya namanya jatuh cinta…… orang lain serasa tas kw 4 rijek yang udah disale lah. Hehehe……

Semoga sharing ini bermanfaat. Selamat kembali bekerja, matur nuwun yang sudah menyempatkan diri mampir membaca.

Selasa, 18 Oktober 2011

Jika Kita Sudah Fokus Pada Hal Positif, Maka Hasilnya pun Akan Positif

Beberapa hari ini saya sengaja membiarkan CS online shop saya untuk membawa BB saya selama jam kerja dia, yaitu jam 09 - 16, Senin - Jumat. Karena dia masih baru, jadi masih on the job training istilahnya, jadi biar adaptasi dengan sistem di online shop kami. Saya memang memisahkan CS khusus order grosir dengan order reseller eceran. CS yang baru ini nantinya akan menghandle reseller eceran.

Salah satu pekerjaan utama CS adalah membalas semua pertanyaan reseller maupun end user dengan jelas dan ramah, menggunakan bahasa yg sopan. Alhamdulillah sejauh ini, saya nilai dia cukup baik, cekatan dan sopan. Sampai akhirnya setelah beberapa hari membalas pembeli via BBM, dia mulai mengeluh. Pembeli di BBM cenderung membuat emosi naik turun, yg booking terus, yg ngeping terus, yg minta diskon dan tidak mau membaca keterangan diskon di web, yang minta free ongkir, yang harga sodara, yang minta pembayaran cicilan, yang minta dianter sendiri ke rumah dia. Sampai akhirnya, pagi ini dia bilang ke saya, hari ini saya gak handle pembeli BBM dulu ya mbak Isye, setelah saya tanya kenapa, dia baru menjelaskan. Dan akhirnya setelah nego, dia mau handle pembeli via BBM hanya selama saya ngemsi 2 jam ini tadi saja.

Kenapa sebenarnya karakter pembeli di BBM dengan yang datang langsung ke web www.bisnistas.com/zonareseller berbeda? Pembeli yang langsung datang ke web adalah pedagang aktif yang sudah lebih fokus menjalankan bisnisnya. Sementara reseller via BBM sebagian besar melakukan bisnis online untuk tambahan penghasilan, atau sekedar membeli untuk diri sendiri. Dan saya jelaskan, bahwa reseller di BBM tentu akan mempunyai kedekatan emosional yang lebih ke owner, karena terbiasa langsung interaksi dengan owner. Namun saya jelskan bahwa, yang penting, tetap mengacu pada standar penjualan yang tertera di web. Dibalas dengan sopan, kalau tidak bisa memberikan free ongkir disampaikan dulu kata maaf. Dan jangan bosan untuk mengucapkan terima kasih, atas pertanyaan atau apapun yang disampaikan.

Klise ya sepertinya, namun begitulah pekerjaan di pelayanan itu. Karena itu, memang sebaiknya kita tidak perlu terlalu memikirkan mereka yang sudah janji atau yang sudah order dan tidak segera melakukan pembayaran. Orang yang tidak menepati apa yang diucapkan, sebenarnya ya hanya segitu saja kualitas pribadinya. (copas dari mentor favorit saya, Bpk Ponijan Liaw). Fokus saja pada reseller lain yang lebih membutuhkan pelayanan kita. Nah, selamat bekerja kembali mbak CS yang baru pusing ^_^, sholat dulu, kalau udah sholat, Insya Allah semua akan baik - baik saja. Cewek KW Super sejati akan selalu berusaha dan berdoa, nggak takut apapun kecuali takut pada Allah.

Silahkan yang sudah makan siang dan sholat bisa mampir lihat-lihat di www.bisnistas.com/zonareseller. 'Mau bisnis tas? Di zona reseller aja yuuuk.'